Deforestasi, istilah yang mungkin pembaca kurang paham. Tapi jika pembaca ketik di mesin pencari, pembaca bisa tah kalau deforestasi mengacu pada istilah tentang kehutanan, lebih tepatnya, kepada soal kegiatan penebangan hutan.
Secara garis besar, dinukil dari Wikipedia, deforestasi adalah aktivitas penebangan hutan yang mengakibatkan lahannya dipakai untuk kegiatan selain hutan. Bisa digunakan untukpertanian, peternakan, bahkan kawasan perkotaan.
Deforestasi atau dalam bahasa Indonesia disebut “pengawahutanan”, bisa terjadi karena berbagai sebab seperti yang disebut juga oleh Wikipedia, seperti:
- Pohon atau arang yang diperoleh dari hutan dapat digunakan atau dijual untuk bahan bakar atau sebagai kayu saja, sedangkan lahannya dapat dialihgunakan sebagai padang rumput untuk ternak, perkebunan untuk barang dagangan (commodity), atau untuk permukiman (settlement).
- Penebangan pohon tanpa penghutanan kembali (reforestation) yang cukup dapat merusak lingkungan tinggal (habitat), hilangnya keanekaragaman hayati dan kegersangan (aridity).
Penebangan pohon tersebut sangat berdampak serius terhadap buruknya penyitaan hayati (biosequestration) karbon dioksida dari udara. Kawasan yang telah ditebang habis biasanya umumnya mengalami pengikisan tanah yang parah yang mengakibatkan kawasan tanah menjadi tandus atau seperti gurun.
Kondisi defortasi ini jika akan semakin berdampak buruk pada lingkungan. Semakin lengkap buruknya dengan maraknya penebangan hutan liar, kebakaran hutan yang tentunya akan melepaskan gas karbondioksida ke atmosfer.
Bumi yang hijau dengan nyawa dari hutan tropis pun akan semakin jadi impian saja jka hal ini dibiarkan. Apalagi di negara kita tercinta, hutan tropis adalah ketiga terluas di dunia.
Lain cerita sebenarnya, jika penebangan pohon sudah yang proses penebangannya sesuai dengan prosedur. Langkah penebangan yang sesuai prosedur biasanya akan diikuti dengan kegiatan menanam kembali agar bumi masih tetap memiliki “nyawa” keindahan dan kehijauannya.
Atas kondisi tersebut, High Carbon Stock Steering Group meluncurkan High Carbon Stock Aproach Toolkit pada April 2015. Toolkit ini adalah sebuah metodologi yang didalanya terdapat panduan teknis yang praktis dalam mengidentifikasi lahan dan terbukti secara ilmiah untuk mengidentifikasi serta melindungi hutan alam tropis.
High Carbon Stock atau Pendekatan Stock Karbon Tinggi pada awalnya merupakan sebuah metodologi mengidentifikasi kondisi tanah, apakah sesuai untuk pengembangan perkebunan atau untuk perlindungan hutan jangka panjang. Ini berarti High Carbon Stock merupakan sebuah metode yang memungknkan untuk melakukan penebangan pohon dalam satu kawasan berdasarkan kajian mendalam. Artinya, tidak sembarang kawasan hutan ditebang yang jelas mengakibatkan rusaknya kawasan tanah teersebtut.
High Carbon Stock, pada awalnya dikembangkan oleh Greenpeace, The Forest Trust dan Golden Agri-Resource. Pada perkembanganya, seebuah lembaga swadaya masyarakat, sebuah perusahaan sawit, dan perusahaan kertas membetuk sebuah perusahaan yang dinamakan High Carbon Stock Aproach Steering Group.
High Carbon Stock Steering Group yang memperkenalkan High Carbon Stock Aproach Toolkit pada April 2015.
Dua tahun berjalan setelah peluncuran High Carbon Stock Aproach Toolkit, High Carbon Stock Steering Group melakukan berbagai usaha untuk menerapkan penerapan praktek “Nol-Deforestasi”. Kemudian lahirlah sebuah kesepakatan global yang menghasilkan sebuah cara mengenalkan dan menerapkan data cadangan carbon, termasuk memakai teknologi terbaru seperti LiDAR. Langkah ini dilakukan agar para petani kecil bisa lebih mudah atau bisa beradaptasi dengan metode ini.
Metode tersebut kemduian terangkum dalam diluncurkan High Carbon Stock (HCS) Aproach Toolkit 2.0 ( versi 2) yang diluncurkan pada 3 Mei 2017. Versi tentunya merupakan versi yang lebih sempurna dibandingkan versi yang pertama.
High Carbon Stock (HCS) Aproach Toolkit 2.0 memiliki 7 modul yang didalamnya bisa digunakan untuk keperluan menyosialisasikan dan menerapkan praktik pengelolaan hutan. Lewat modeul ini, diharapkan pengelolaan hutan tidak lagi sembarangan sehingga mengakibatkan kerusakan hutan yang parah. Didalam toolkit ini, terdapat sebuah kesepakatan yang disebut ‘Kesepakatan Konvergensi’ antara HCS Approach dan HCS Study, pada November 2016 lalu.
Bagi yang penasaran dengan High Carbon Stock Aproach Toolkit ini dapat diunduh di http://highcarbonstock.org/the-hcs-approach-toolkit/
Kehadiran High Carbon Stock (HCS) Aproach Toolkit 2.0 tentunya menjadi langkah bagus yang dilakukan oleh High Carbon Stock Steering Group karena perusahaan ini sangat peduli dengan kondisi hutan. Toolkit ini tentunya bisa menjadi pedoman dalam mengurangi Deforestasi dan tentunya mencegah bumi yang kehilangan hutan tropis, yang tentunya akan menjadi ancaman kehidupan di bumi ini.
Bagi yang penasaran dan ingin mencari informasi terkait High Carbon Stock dan High Carbon Stock Steering Group dapat mengakses melalui situs http://highcarbonstock.org.
Jika penasaran dan ingin mengetahui lanjut atau sekadar bertanya, bisa langsung tanyakan ke akun Twitter @Highcarbonstock.
Atau bisa cek juga video Youtube High Carbon Stock Approach disini
Sumber gambar dan artikel :