Ada berbagai macam obat untuk melegakan hidung tersumbat yang menjadi gejala flu dan batuk, salah satunya Alpara. Alpara memuat kandungan paracetamol, phenylpropanolamine, dextromethorphan, dan chlorpheniramine maleate.

Alpara merupakan obat golongan bebas terbatas yang masih termasuk obat keras, namun bisa digunakan tanpa resep dokter. Meski begitu, pada kondisi tertentu, penggunaan Alpara tidak dianjurkan.

Oleh karenanya, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter mengenai riwayat penyakit dan penggunaan obat-obatan lainnya sebelum mengonsumsi Alpara. Anda bisa berkonsultasi online langsung dengan dokter lewat aplikasi KlikDokter yang bisa Anda download di sini.

Simak artikel ini untuk penjelasan lebih lanjut mengenai alpara obat apa, mulai dari manfaat hingga efek sampingnya.

Pengertian dan Manfaat Alpara

Alpara adalah obat pereda nyeri dan penurun demam yang berguna untuk meringankan gejala-gejala flu seperti bersin-bersin, sakit kepala, demam, nyeri otot, dan hidung tersumbat. Alpara merupakan obat jenis analgesik, antihistamin, antipiretik, dekongestan, dan antitusif dengan kombinasi 4 kandungan bahan aktif didalamnya yaitu paracetamol, phenylpropanolamine HCl, dextromethorphan HBr, dan chlorpheniramine maleate atau CTM.

Cara Kerja Alpara

Alpara tidak menyembuhkan atau mempercepat penyembuhan penyakit, melainkan hanya meredakan gejala-gejala flu agar tidak semakin parah. Sesuai kegunaan masing-masing bahan aktifnya, berikut cara kerja Alpara dalam tubuh, yaitu:

  • Paracetamol atau acetaminophen bekerja sebagai analgesik atau pereda nyeri dan antipiretik atau penurun demam. Efek anti inflamasi pada paracetamol tidak terlalu signifikan, karenanya tidak termasuk obat NSAID (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs).
  • Phenylpropanolamine HCl atau bentuk garamnya berfungsi sebagai nasal dekongestan dan agen anoretik. Obat ini membantu menyusutkan pembuluh darah sehingga bisa meredakan hidung tersumbat.
  • Dextromethorphan HBr termasuk obat kelas morphinan dan bisa membantu menekan batuk, termasuk batuk kering, dengan menstimulasi area di otak yang menyebabkan batuk.
  • Chlorpheniramine maleate atau CTM merupakan obat untuk meringankan gejala alergi. Obat ini bersifat antihistamin yang membantu menekan produksi berlebih histamin pada tubuh. CTM memiliki efek sedatif yang bisa membuat kantuk.

Bolehkah Alpara untuk Ibu Hamil dan Menyusui?

Alpara memuat bahan aktif phenylpropanolamine yang termasuk kategori C untuk ibu hamil. Artinya, studi pada binatang menunjukkan adanya efek samping pada janin dalam kandungan seperti teratogenik atau embriosidal yang bisa menyebabkan perubahan fungsi organ dan bentuk pada janin.

Sementara itu, CTM dan dextromethorphan termasuk kategori B yang berarti obat tersebut bisa terlarut dan masuk dalam ASI, bahkan mempengaruhi produksi ASI.

Untuk itu, penggunaan Alpara pada ibu hamil dan menyusui sebaiknya dihindari demi keselamatan janin dalam kandungan dan bayi. Anda harus berdiskusi dengan dokter sebelum mengonsumsi Alpara.

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Alpara

Meski Alpara termasuk obat bebas terbatas, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut sebelum menggunakan Alpara, yaitu:

  • Selalu beritahu dokter apabila Anda memiliki riwayat alergi pada salah satu bahan aktif Alpara.
  • Selalu beritahu dokter mengenai riwayat penyakit Anda termasuk asma dan gangguan fungsi hati, ginjal, dan pecandu alkohol.
  • Alpara memiliki efek sedatif yang bisa menimbulkan kantuk. Hindari obat ini saat Anda hendak berkendara.
  • Saat periksa ke dokter, selalu beritahu apabila Anda sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil atau menyusui.

Dosis dan Aturan Pakai Alpara

Terdapat dua sediaan atau bentuk Alpara yaitu kaplet dan sirup dengan rincian dosis bahan aktif masing-masing, yaitu:

  • Alpara sediaan kaplet mengandung paracetamol 500 mg, phenylpropanolamine HCl 12.5 mg, chlorpheniramine maleate atau CTM 2 mg, dan dextromethorphan HBr 15 mg.
  • Alpara sediaan sirup tiap 5 ml mengandung paracetamol 125 mg, phenylpropanolamine HCl 3.125 mg, chlorpheniramine maleate atau CTM 0.5 mg, dan dextromethorphan 3.75 mg.

Secara umum dosis penggunaan Alpara sesuai sediaan bentuk dan usia adalah sebagai berikut:

  • Sediaan kaplet untuk dewasa 1 kaplet diminum 3 kali sehari, sementara anak usia 7 hingga 12 tahun ½ kaplet diminum 3 kali sehari.
  • Sediaan sirup untuk anak usia 6 hingga 12 tahun sebanyak 2 sendok takar (10 ml) diminum 3 kali sehari.

Anda bisa mengonsumsi Alpara setelah makan dengan jarak jam yang sama. Jika Anda terlewat satu dosis dan sudah mendekati waktu dosis berikutnya, tinggalkan dosis yang terlewat dan kembali pada dosis semula. Jangan meminum dua dosis Alpara pada satu waktu untuk menebus dosis yang terlewat karena bisa menimbulkan overdosis.

Efek Samping Alpara

Penggunaan Alpara pada umumnya ditoleransi oleh tubuh dengan baik selama Anda tidak mengonsumsi makanan kaya histamin seperti tomat dan anggur. Namun, Anda mungkin akan merasakan beberapa efek samping berikut selama mengonsumsi Alpara, di antaranya:

  • Mengantuk
  • Mulut kering
  • Pusing
  • Mual
  • Muntah
  • Tidak atau sedikit buang urin

Segera hentikan pemakaian Alpara dan hubungi dokter jika Anda mengalami efek samping berlebih, seperti:

  • Ruam dan gatal pada kulit
  • Sakit tenggorokan
  • Demam
  • Arthralgia atau persendian terasa nyeri dan kaku

Interaksi dengan Obat Lain

Alpara memiliki potensi interaksi jika digunakan bersamaan dengan obat lain yang membuat kinerja Alpara atau obat lain menjadi tidak efektif, bahkan bisa berubah menjadi racun yang berbahaya bagi tubuh.

Karena itu, Anda perlu memperhatikan konsumsi Alpara yang tidak diperbolehkan dengan obat berikut:

  • Metoclopramide
  • Carbamazepine
  • Kolestiramin
  • Antikoagulan warfarin
  • Dextromethorphan dengan obat-obatan jenis monoamine oxidase inhibitors (MAOI)

Kontradiksi

Alpara tidak diperbolehkan dikonsumsi pada orang-orang yang memiliki kondisi berikut:

  • Memiliki riwayat penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi, liver, diabetes mellitus, dan gangguan fungsi hati lain yang parah.
  • Memiliki sensitivitas terhadap obat simpatomimetik lain seperti fenilefrin, efedrin, dan pseudoefedrin.

Sumber: https://www.ndrugs.com/?s=alpara