Teman saya, sebut saja Pak Tedi, pernah bercerita tentang anaknya yang begitu terobsesi dengan TikTok. Tak hanya menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton video, anaknya juga mulai meniru gaya bicara dan tingkah laku para TikTokers. 

Mendengar cerita Pak Tedi, saya merasa miris sekaligus was-was. Saya pun memiliki dua orang anak yang juga gemar bermain gadget. Meskipun belum sampai pada tahap kecanduan, saya tak ingin mengambil risiko. Saya harus mencari cara untuk mencegah hal serupa terjadi pada anak-anak saya.

Di tengah kegelisahan saya, saya menemukan sebuah artikel dan video pembahasan di YouTube tentang Kampung Lali Gadget di internet. Ini adalah sebuah desa wisata yang menawarkan pengalaman berlibur bebas gadget atau gawai.

Pesona Kampung Lali Gadget

Sumber: .instagram.com/kampunglaligadget/

Kampung Lali Gadget ini didirikan oleh Achmad Irfandi, seorang pemuda yang prihatin dengan maraknya anak-anak kecanduan gadget. Seperti yang dikatakan Achmad Irfandi sendiri di kanal YouTube Kampung Lali Gadget, “Anak-anak sekarang suka main gadget. Kita tidak bisa menyalahkan mereka karena tidak ada yang mengenalkan dan tidak ada yang mengajak.” Berawal dari keresahannya melihat fenomena ini di lingkungan tempat tinggalnya, Irfandi menggagas Kampung Lali Gadget pada tahun 2018 di Desa Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo.

Dengan dukungan dari perangkat desa, Irfandi memulai kegiatan ini di lahan seluas 45 x 50 meter. Fokus utamanya adalah mengadakan program konservasi budaya untuk mengangkat kembali permainan tradisional sebagai alternatif hiburan yang menarik dan bermanfaat bagi anak-anak. Kampung Lali Gadget tidak hanya menjadi tempat bermain, tetapi juga wadah untuk menumbuhkan kreativitas, keterampilan sosial, dan cinta budaya pada generasi muda.

Kampung ini menawarkan berbagai aktivitas seru yang menghubungkan kembali anak-anak dengan alam dan budaya, jauh dari gemerlap dunia digital. Bayangkan, suasananya asri dan tenang, jauh dari keramaian dan polusi kota. Rumah-rumah penduduk terbuat dari bambu dengan pekarangan yang luas, di mana anak-anak bisa bebas bermain dan berlarian.

Di sini, gadget bukanlah prioritas. Anak-anak diajak untuk menjelajahi berbagai permainan tradisional yang seru dan menantang, seperti egrang, gobak sodor, engklek, dan masih banyak lagi. Tak hanya bermain, mereka juga bisa belajar membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan alam, berkebun, memancing, bahkan ikut serta dalam kegiatan masyarakat setempat.

Bermain di Kampung Lali Gadget tidak hanya menyenangkan, tetapi juga bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas, keterampilan sosial, dan kecerdasan emosional anak. Mereka akan belajar untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan menyelesaikan masalah secara mandiri, tanpa bergantung pada gadget.

Mendapat Penghargaan dari Astra 

Achmad Irfandi, sosok pendiri Achmad Irfandi (Youtube: Kampung Lali Gadget)

Kampung Lali Gadget yang awalnya hanya sebuah kegiatan kecil-kecilan, kini telah berkembang menjadi sebuah gerakan yang mendapat dukungan dari berbagai pihak. Atas dedikasinya dalam melestarikan budaya dan mengatasi kecanduan gadget pada anak, Achmad Irfandi mendapatkan penghargaan sebagai finalis Penggerak Konservasi Budaya di ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021.

“Lali gadget” bukan berarti menghilangkan gadget sepenuhnya dari kehidupan anak-anak. Namun, lebih kepada mengajarkan mereka untuk bijak dalam menggunakan gadget dan menyeimbangkannya dengan aktivitas di dunia nyata.

Sumber: https://x.com/SATU_Indonesia

Di Kampung Lali Gadget, anak-anak diajak untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar, menghargai interaksi sosial, dan mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas kreatif dan edukatif.

Kampung Lali Gadget adalah tempat ketika belajar dan bermain menyatu dengan harmonis. Dari video di kanal YouTube Kampung Lali Gadget, terlihat anak-anak begitu asyik dan penuh semangat mengikuti berbagai aktivitas, mulai dari bermain permainan tradisional hingga belajar membuat kerajinan tangan.

Uniknya, sebelum memasuki area Kampung Lali Gadget, anak-anak diwajibkan untuk menitipkan gadget mereka. Hal ini menciptakan suasana yang benar-benar bebas gadget, sehingga anak-anak bisa fokus pada aktivitas dan interaksi di dunia nyata.

Menerapkan “Lali Gadget” di Rumah

Setelah membaca tentang Kampung Lali Gadget, mungkin pembaca bertanya-tanya, “Apakah saya harus membawa anak saya ke sana agar terbebas dari gadget?” Tentu saja, mengunjungi Kampung Lali Gadget bisa menjadi pengalaman yang sangat berharga. Namun, karena lokasi saya tinggal jauh dari Kampung Lali Gadget, jelas opsi itu bukan pilih. 

Esensi dari “lali gadget” sebenarnya bisa kita terapkan di mana saja, termasuk di rumah kita sendiri.

Saya sendiri sudah menerapkan aturan ini di rumah. Anak-anak saya hanya boleh bermain gim di hari libur. Di hari biasa, mereka boleh menonton video edukasi di YouTube, seperti video pengetahuan, belajar membaca, atau menghafal surat pendek. Tentu saja, waktu menontonnya tetap dibatasi. 

Sebelumnya, anak-anak saya sering kali terlalu asyik menonton sampai lupa waktu. Hal ini berdampak pada konsentrasi mereka. Dengan adanya aturan ini, mereka jadi lebih disiplin dan fokus dalam belajar maupun bermain.

Salah satu orang tua yang merasakan manfaat dari Kampung Lali Gadget adalah Siti Harnanik. Ia bercerita bahwa salah satu anaknya sempat mengalami kecanduan gadget yang cukup parah. “Anak saya tidak mau sekolah, pegang gadget terus dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Dia jadi pemarah dan malas,” ungkap Siti. Namun, setelah mengikuti program di Kampung Lali Gadget, anaknya menunjukkan perubahan sikap yang positif.

Semangat Achmad Irfandi ini patut diacungi jempol. Saya sendiri bisa belajar banyak hal, terutama soal fokus ke kegiatan bermain. Mengutip perkataan di video Profil Kampung Lali Gadget yang ada di kanal Youtube mereka, disebutkan bahwa konsep pendidikan yang mendasar adalah belajar yang merdeka. Tidak terkotak pada hafalan-hafalan. Belajar bisa diawali dari bermain. 

Itulah semngat Achmad Irfandi dengan Kampung Lali Gadget-nya. Sebuah kampung tempat anak-anak diberi kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka melalui berbagai aktivitas yang menyenangkan. Mereka belajar bersosialisasi, berkreasi, dan menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.

Leave a comment

Quote of the week

"People ask me what I do in the winter when there's no baseball. I'll tell you what I do. I stare out the window and wait for spring."

~ Rogers Hornsby