Poster Moulin Rouge

Lima tahun yang lalu, entah bulan apa, saya menonton film musikal MOULIN ROUGE. Saya tidak akan bercerita bagaimana saya menonton film ini dan berapa kali saya menonton film ini.  Hanya saja yang saya perlu garisbawahi disini adalah bahwa film ini memberi banyak pengaruh pada hidup saya. Menyenangi opera dan drama-drama melankolis tidaklah salah bukan? Hanya saja agak aneh  untuk seorang pria menyukai film seperti itu bahkan sampai beberapa kali, tidak macho, yah bisa jadi. tapi apakah itu jadi ukuran? ah tidak peduli.

Baiklah, mungkin tidak perlu banyak bicara tentang pengaruh  film tersebut terhadap saya. Saya hanya akan bicara bagaimana fim ini, tentu dengan gaya resensi tapi dengan cara saya menulis. Terlepas dari konteks? Bisa jadi, tapi bukankah setiap orang punya cara tersendiri dalam berbagi? Kita mulai saja.

Selain Menara besinya yang terkenal, Paris juga memiliki klub hiburan yang eksotis, yah Moulin Rouge.  Moulin Rouge adalah klub terkenal di Paris. Klub yang berciri khas kincir angin merah ini terkenal dengan tarian can-can. Didirikan oleh Joseph oller pada tahun 1889, Moulin Rouge menjadi klub hiburan paling populer di Eropa.  Kepopulerannya membuatnya bisa bertahan sampai sekarang. Bahkan tahun 2001, Moulin Rouge menjadi lebih terkenal Hollywood dengan mengangkat latar klub tersebut ke dalam sebuah drama romantis oleh Bazz Luhrmann dengan judul sama  hanya saja ditambahkan tanda seru, Moulin Rouge!.

Bazz Luhrmann terkenal dengan drama cinta sepanjang masa Romeo+Juliet (1996), adegan yang terkesan puitis dengan balutan dialog sastrawan terkenal Shakeaspeare tentu menjadi keunggulan film itu. Membayangkannya sama dengan Moulin Rouge!? Bisa saja, meski agak berbeda. Moulin Rouge! lebih eksotis, lebih ceria, lebih dinamis, suatu ketika kauakan tersenyum melihat tingkah konyol kaum Bohemian atau melihat kepolosan Christian atau kaubisa terharu oleh aura romantis yang dibangun oleh Satine dan Christian. Terlalu cengeng? Ah, tidak, ini bukan drama korea yang jadi pujaan remaja zaman sekarang. Bukan sekadar masalah cinta tetapi lebih dari itu, bagaiamana sebuah bisnis pertunjukan begitu kejam bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Nicole Kidman (Satine) dan Ewan Mcgregor (Christian)

Satine, perempuan paling seksi dan tentu paling cantik di Moulin Rouge! berubah hidupnya ketika ia bertemu Christian, seorang pria idealis yang ingin mengajukan cerita panggung pada Harold Zidler pemilik Moulin Rouge!. Perubahan yang terjadi bukan masalah status tetapi lebih kepada perasaan, sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh seorang wanita penghibur seperti dia. Satine jatuh cinta begitu pula Christian. Sayangnya, seorang kaya, yang akan memberikan modal untuk pertunjukan di  Moulin Rouge! begitu terobsesi dengan Satine dan ingin memiliki sepenuhnya. Cerita rumit dari kekuasaan sang pemilik modal terhadap artis yang akan diorbitkannya yang malah jatuh cinta pada penulis naskah.

Klub Moulin Rouge Tampak Depan

Hanya itu?  terlalu biasa untuk dideskripsikan di tulisan ini. Tentu saja kauakan menemukan banyak hal, akting yang total dari Nicole Kidman sebagai pemeran Satine,  yah kita tidak akan melihat dia seperti ketika ia memainkan Gillians Owen (Practical Magic), malah lebih bagus dibanding saat menjadi Dr. Julia Kelly  (The Peacemaker). Lima penghargaan dan lima nominasi untuk akting dia di film ini. Golden globe menobatkannya sebagai aktris terbaik, hal serupa dilakukan London Film Critics Circle dan MTV Movie Award. Dapat dikatakan ini penampilan  terbaik kedua Nicole  setelah The Hours (2002), setahun kemudian saat ia memerankan penulis Virginia Wolf dan mendapatkan Oscar atas perannya tersebut.

Tentu akting Nicole yang sensasional tidak lepas dari chemistry yang dibangun bersama Ewan Mcgregor, yang berperan sebagai Christian, dengan enam nominasi dan empat penghargaan dari berbagai ajang, rasanya tidak diraguakn lagi kualitas film ini. Tapi jangan coba membayangkan dia membawa pedang cahaya untuk melindungi Satine, tidak ia tidak sedang menjadi Obi-wan Kenobi. Ia polos dan romantis. Ini adalah film terbaik bagi Ewan, karena setelah film ini, film-filmnya kurang begitu sukses .

Pantaslah keduanya mendapatkan hal yang setimpal,  film ini penuh balutan lagu, Ewan dan Nicole mengisi hampir keseluruhan lagu, dan ingat lagunya cukup dikenal. Film Moulin Rouge! membawa lagu-lagu yang mungkin tidak asing di telinga. Jangan kaget bila tiba-tiba kau mendengar Your Song Elton John lebih dinamis atau kaupasti ingat dengan The Show Must Go On dari band legendaris Queen yang pada film ini dinyanyikan oleh Jim Broadbent, yang berperan sebagai Harold Zidler. Ada pula lagu-lagu dari film terkenal seperti The Sound of Music atauThe Bodyguard, tentu dengan nuansa yang berbeda. Belum lagi kauakan mendengar suara John Leguizamo yang apik berperan sebagai Henry, tokoh kerdil yang unik (tidak dapat dapats aya bayangkan bagaimana ia berjalan ketiak berperan sebagai henry, mengingat Leguizamo aslinya lebih tinggi dibandingkan peran yang ia mainkan).

Jim Broadbent (tengah) berperan sebagai Harold Zidler, Pemilik Klub Moulin Rouge
Jim Broadbent (tengah) berperan sebagai Harold Zidler, Pemilik Klub Moulin Rouge

Sudah tidak ada alasan lagi untuk menolak bahwa film ini termasuk film terbaik dekade ini. Masih ragu? jangan lupa jika dibandingkan dengan film musikal lainnya, Moulin Rouge! punya rasa tersendiri. The Sound of Music boleh menjadi yang terbaik dalam hal musikal, namun Moulin Rouge! punay citra baru musikal yang sangat menyatu dengan nuansa eksotis pada tahun 1899 di paris yang merupakan latar dari film tersebut.

Rasanya cukup saja tulisan tentang film ini, yang jelas memori saya tentang film ini tidak akan dilupakan. Terlalu subjektif? Ah boleh saja kaubilang demikian, saya tidak mengelak. Tapi kautidak mungkin menganggap ini film ini kurang bagus secara objektif  bila melihat delapan penghargaan serta sepuluh nominasi yang diraih film ini kecuali jika kaumemang tidak suka film musikal.