Proses

Proses adalah sesuatu atau kegiatan atau jalan dalam meraih sesuatu. Namun proses sendiri sering dianggap enteng dan sering diabaikan. Inginnya semua serba instan, cepat, dan tanpa melewati hal-hal yang sebenarnya tidak mau kita lakukan. Siapa memangnya yang ingin bersusah payah?

Tapi mengabaikan proses adalah kekalahan. Mengutip salah satu lagu yang cukup populer di kalangan anak muda sekarang terutama mereka yang mendengarkan atau pun fans fanatik JKT48. Sebuah lagu pembuka dari setlist Pajama Drive, judulnya Shonichi atau Hari Pertama. Mengapa saya perlu mengutip lagu ini? Coba simak sebagian liriknya berikut!

Impian ada di tengah peluh
Bagai bunga yang mekar secara perlahan
Usaha keras itu tak akan mengkhianati

Lirik tersebut jelas menegaskan bahwa proses itu penting. Proses yang berupa usaha dari diri manusia. Ada majas simile di lirik tersebut. Seperti yang diketahui, jika simile adalah majas perbandingan yang eksplisit dan menggunakan kata hubung> pada lirik tersebut perandaian mengacu pada mimpi atau impian. Jelas impian tidak akan didapatkan dengan cepat dan mudah. Kata “perlahan” menunjukan bahwa hasil perjuangan itu tidak pernah ada yang praktis.
Mengapa analoginya harus bunga yang mekar? Karena bunga mekar itu sangat indah. Sesuatu yang indah itu bisa dikatakan sebagai impian.

Proses adalah kronologi kehidupan itu sendiri. Jika tidak pernah ada proses tidak pernah ada hasil. Lantas apa hubungannya tulisan ini? Mengapa pula mengambil contoh lagu dari idol grup yang sedang banyak dibicarakan ini? Pertanyaan pertama karena pada kesempatan ini akan dibahas ketika sebuah proses dihargai. Kedua karena penulis menyukai lagu tersebut. Dan ketiga, penulis pernah menjalani hari-hari saat saat putus asa bertamu pada hidup kita (lha bukannya tidak ada pertanyaan ketiga? Ah sudahlah tak apa, hitung curhat)

Pengalaman Memberi Pelajaran

Latar belakang penulis yang pernah aktif di dunia seni membuat penulis bisa menjabarkan tentang hal ini. Seni baik yang tatarannya akademis, idealis ataupun bisnis merupakan sebuah kreativitas yang menonjolkan sisi estettikanya. Namun dibalik estetika tersebut, tersimpan sebuah kekejaman. Baik seni pertunjukan maupun seni modern semacam film, unsur yang satu ini pasti akan hinggap kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Apa pasal? Coba perhatikan ini, manusia kabanyakan selalu disusupi rasa iri, ingin merasa lebih hebat, dan tidak pernah puas, Rasa iri muncul karena orang lain sedikit lebih baik atau beruntung dibanding kita. Itulah manusia wajar dan memang bagian dari rasa baik dan jahat.

Sedikit ilustrasi tentang pengalaman penulis dengan dunia seni. Suatu hari, di tahun 2005, saya dan teman-teman sedang ada dalam garapan pertunjukan Opera Sangkuriang. Saat itu saya punya kesempatan untuk mendapatkan peran Sangkuriang, Sayangnya kesempatan ini menjadi nihil karena kemampuan saya dalam menyanyi sangat kurang. Tentu sebagai sebuah opera, pertunjukan ini membutuhkan aktor yang bisa menyanyi. Sakit? Memang. Iri? Wajar. Aku pun berpikir positif, mungkin usahaku juga kurang keras. Tapi temanku yang lain yang jelas-jelas suaranya sangat baik juga bernasib sama denganku. Dia bisa mendapatkan kakek di opera tersebut. Tetapi pembimbing garapan lebih memilih temnaku yang lain. Akut idak tahu sampai aku sadar bahwa temanku itu punya potensi yang lebih baik. Yah terkadang kita sudah berusaha memberi usaha maksimal pada diri kita tetapi orang lain melihatnya tidak demikian.

Beberapa tahun kemudian, penulis masih aktif di dunia seni. Kali ini penulis berada di belakang layar. Posisi yang menentukan apakah pertunjukan akan berjalan baik atau tidak? Berbincang dengan kawan saya yang sutradara menentukan para pemain. Yah saya akhirnya berada pada posisi memilih. Apakah si A cocok mendapatkan peran ini? Bagaimana kalau B? Meskipun B tidak lebih dari A tapi dia punya kemauan keras? Ah C malah lebih sabar. Dia selalu diam dan memperhatikan saat memberi materi. Tapi kalau peran ini jatuh ke D, si E tampak gak senang soalnya itu peran yang diinginkan. Terlalu banyak faktr yang membuatnya jadi rumit. Tetapi itulah hidup.

Ketika Seni itu Kejam

Lantas mengapa bisa dikatakan seni itu kejam? Bayangkan ketika suatu peran didapatkan si B. Apa si C akan menerima begitu saja? Meskipun dalam ucap dia akan bilang ikhlas, tapi hati orang siapa tahu bukan? Tahun 2009-2012, ketika masih membina ekskul Teater di salah satu sekolah di Kota Bandung, tampak wajah muda penuh kecewa itu sembunyi. Mereka mungkin bisa menutup kesdihan ahti mereka karena tidak terpilih pada peran-peran penting. Diantara mereka juga terdapat kekecewaan mengapa orang yang masuk terlambat bisa mendapatkan peran besar sedangkan siswa yang turut serta membesarkan klub drama itu harus ikhlas menjadi penari atau figuran belaka.

Bagi beberapa orang mungkin ini kejam, tetapi coba telaah dari sisi lain. Pengalaman dan cara pandang orang di atas kita selalu berbeda dengan yang dibawah. Ada banyak pertimbangan mengapa A tidak terpilih jadi utama padahal A punya kemampuan lebih sedangkan B hanya pas-pasan tetapi memiliki potensi yang luar biasa jika diorbitkan. Hal ini tidak hanya berlaku pada dunia seni. Dalam dunia kerja pun kurang lebih sama. Hanya saja dalam dunia seni menjadi utama bukan soal naik jabatan semata tetapi tepuk tangan dan kebanggaan. Kepuasan batin dan sorak penonton yang memanggil nama. Itu poinnya.

JKT48 dan Perjuangan

Berkaca dari apa yang telah dijabarkan, rasanya tidak salah jika menerapkan pandangan tersebut pada idol grup JKT48. Kelompok yang terdiri dari gadis remaja nan cantik ini kini sedang naik daun. Jumlah anggotanya yang mencapai 51 orang membuat kelompok yang satu ini membebaskan para anggotanya untuk berjuang sekuat tenaga dan saling bersaing. Dukungan fans sangat berarti bagi mereka. Tetapi siapa yang selalu terdepan? Beberapa member yang dianggap potensial malah kadang tidak pernah mendapatkan tempat utama. Apakah benar usaha member-member yang berada di garis belakang itu tidak dihargai? Apakah lagu Hari Pertama telah dikhianati?

Grup idola yang bisa dilihat perkembangannya, persaingannya, prosesnya, hasilnya oleh para fans-nya ini tidak hanya menyajikan hiburan tetapi bagaimana memberikan arti sebuah perjuangan. Mereka adalah cermin dari apa yang kita lakujan dalam hidup, bedannya hanya fokus bidangnya saja. Tidak perlu menyesal dengan memilih anggota yang tidak pernah masuk jadi jajaran utama, baik tampil di layar kaca ataupun untuk video klip. Percayalah meskipun memang usaha tidak akan mengkhianati ada hal lain yang membuat pandangan itu berubah. Berdoa dan yakin Tuhan Maha Adil bagi mereka yang berjuang….