Di kota besar, orang lebih banyak sibuk dengan dirinya dan pekerjaannya. Orang lebih banyak sibuk dengan gadget-nya, dan isu tentang teknologi yang baru berkembang.
Tapi lain cerita buat seorang Iwan Setiawan.
Pria yang lahir tahun 1981 ini justru lebih sibuk mengajarkan kebudayaan pada anak-anak sejak dini.
Yah, Kang Iwan, begitu biasa dipanggil, adalah orang yang memiliki passion dalam bidang seni dan budaya.
Dia tidak muluk-muluk untuk mengjarkan pentingnya seni atau bercuap-cuap tentang pelestarian kebudayaan. Yang dia lakukan hanya satu: mengajarkan tari tradisional pada anak-anak kecil.

Hampir setiap sorenya, baik di sekitar rumahnya ataupun di kawasan rumah mertuanya, di daerah Kiaracondong, Iwan Setiawan mengajarkan anak-anak kecil (yang semuanya rata-rata perempuan ) beberapa tari tradisional.
Apakah ia mengajarkannya secara gratis?
Iwan Setiawan yang kebetulan seorang guru SD ini bertutur bahwa ia memang membuka kursus tari dengan sistem bayaran murah. Sekitar Rp 10 sampai Rp 15 ribu per-pertemuan. Harga yang cukup murah.

Kadang-kadang, dengan harga semurah itu, ia juga terlalu baik hati. Ada beberapa anak yang bahkan tidak membayar lantaran memang kurang berkucupan. Kadang pula ada orang tua yang lupa membayar atau memang belum punya uang.
Padahal orang tua tersebut termasuk cukup.
Ia tidak pernah marah-marah. Kadang-kadang ia pun sering menggratiskannya.
Pelatih Tari yang Juga Guru Honorer
Kang Iwan tahu kalau ia bukan kalangan yang berada. Bahwa istrinya akan selalu meminta uang bulanan untuk berbagai keperluan. Bahwa gajinya sebagai guru SD honorer juga tidak terlalu besar.
Tapi ia selalu terima dengan lapang dada. Karena pada awalnya, ketika ia sudah mengajarkan tari semenjak tahun 2006 dan 2007, ia sadar bahwa ia sedang tidak berbisnis tetapi ia lebih kepada cinta akan seni budaya sendiri.
Lihatlah video berikut ini ketika Kang Iwan benar-benar mengajarkan seni tari dengan sepenuh hati!
Ia ingin jadi penyeimbang bahwa nantinya, generasi mendatang tidak hanya sibuk dengan gadget dan teknologi. Tidak hanya sibuk menonton smart TV tetapi juga ada generasi yang tetap cinta pada seni dan budaya.
Ia ingin agar anak-anak zaman sekarang tetap melestarikan seni tari tradisonal. Meskipun nanti setelah besar, ada anak yang mungkin lupa bahwa ia pernah kursus, setidaknya anak tersebut pernah mau belajar seni budaya.
Yah, sudah banyak murid yang mengikuti kursus tari Kang Iwan. Tapi sekali lagi, bukan berarti ia kemudian kaya raya. Karena kursus tari bukanlah bisnis yang begitu besar.
Meskipun ada kursus tari yang memang komersil, tapi ia tidak mau berkonsep seperti itu. Karena ketika sudah dikomersilkan, ia merasa justru akan banyak anak-anak yang nantinya tidak ikut kursus tari.
Dengan harga yang mahal, ia menduga bahwa akan banyak orang tua yang tidak akan mendaftarkan anaknya. Karena itulah ia lebih baik membuka kursus tari yang murah.
Hasilnya?
Sudah saya sebutkan ada banyak murid yang ikut. Salah satunya adalah Triana, seorang anak yang belajar di SLB atau Sekolah Luar Biasa.
Anak ini memiliki IQ sekitar 40. Tapi jangan salah, meskipun IQ-nya kecil, ia pandai menari dan sering mendapatkan juara.

Tentunya itu semua juga tidak lepas dari kerja kerasnya Triana serta bimbingan dari Kang Iwan sebagai guru tarinya.
Memiliki Kelompok Seni dan Penyewaan Kostum

Kang Iwan juga tak hanya fokus pada bidang seni tari. Beliau juga memiliki grup seni bernama Menara Oza. Grup ini fokus pada pertunjukan teater.
Dengan grupnya ini, kang Iwan sudah pentas di berbagai tempat seperti di Unpad, IFI Bandung (dulu CCF Bandung), GK Rumentang Siang Bandung, Unikom, dan masih banyak lagi.
Salah satu karya pertunjukan teater yang disutradarai Kang Iwan adalalah “Lelakon Sumbi”. Pertunjukan teater ini mengangkat budaya lokal dalam kemasan teater modern
Selain memiliki kelompok seni teater dan kursus tari, Kang Iwan juga aktif menjahit kostum tari tradisional. Ia lakukan karena pemasukan dari kursus tari serta gajinya sebagai guru honorer masih kurang.
Ia memiliki bebeberapa kostum tradisional yang sering ia sewakan. Misalnya, jika ada anak kecil yang ingin menari. Sering orang tua menyewa kostum dari Kang Iwan. Meskipun ada juga yang kadang tidak membayar, Kang Iwan sering menerima lapang dada karena ia tahu rejeki tidak akan kemana.
Beberapa kostum yang Kang Iwan buat diantaranya adalah
Yah, itulah kang Iwan. Seorang pria sederhana yang mencintai seni dan budaya. Seorang pria yang ingin agar generasi mendatang tidak melupakan akar budaya.
Kang Iwan adalah seorang guru, sang panutan, yang tak sekadar mengajar uang. Ia hanya mencintai seni dan mengajar dan tetap yakin bisa hidup karenannya.
Saat ini Kang Iwan hidup di rumah yang sederhana. Rumah yang tidak besar dengan satu kamar, satu ruangan dengan lemari penuh kostum. Sebuah rumah kecil tetapi cukup menampung mereka berdua bersama satu orang anak yang masih bayi.
Jangan bayangkan, Kang Iwan punya TV Kabel. Televisinya pun masih tipe lama bukan layar datar.
Ia adalah contoh pria yang hidup sederhana di tengah banyaknya pria yang banyak gaya. Para pria yang sok kaya, padahal smart TV dan TV kabel saja tak punya.
Beda dengan Kang Iwan yang selalu bahagia dengan mengajarkan anak-anak tradisional yang tentunya perlu dilestarikan sebagai generasi penerus bangsa.
Dengan kecintaannya terhadap budaya, saya meyakini bahwa dia adalah sosok yang bukan sekadar teman saya. Tetapi juga sosok pahlawan yang melestarikan bangsa dengan melakukan hal-hal kecil.
Sesuatu yang bisa disebut sebagai made for minds seperti yang diharapkan oleh DW Indonesia.


Good job plend….saaluut buat mu tetap semangat untuk tetap cinta budaya sendiri
Yuk sama-sama mendukung
sangat lah mulia dan bijak sana niat beliau dalam mengajarkan kesenian pada anak anak, semoga bisa lebih banyak lagi orang seni yg memiliki niat seperti beliau agar kesenian indonesia ini tetap ada di tengan jaman elektronik sekarang ini, semangat terus kang iwan