Catatan :
Ini cerita teater pertamaku. Aku datang ke Jakarta bersama fans dari Bandung, tepatnya dengan rombongan Kang Wildan.  Tulisan ini cukup panjang. Aku tidak tahu ini berupa review atau pengalaman atau FR, entahlah tapi  yang jelas aku ingin menuliskan pengalaman berhargaku ini. Silakan komentar bila berkenan.

Sabtu, 16 November 2013, Pukul 19.00 WIB.

Aku duduk dengan tenang di dalam teater. Di sebelah kananku seorang perempuan yang kutaksir usianya lebih dari 20 tahun. Dia tidak sendirian. Tampaknya dia datang dengan pacarnya.  Namun pacarnya tidak duduk di sampingnya. Pacarnya lebih  memilih berdiri. Sementara itu, di sebelah kiriku duduk seorang fans memakai baju kuning. Dari fisiknya sekilas ia bukanlah orang Indonesia. Perkiraanku ini benar.

“Ini hari pertamaku teater” ucapku mengajak akrab dengannya.

Dia hanya mengangguk. Kemudian aku bicara dalam bahasa inggris yang sederhana, entah benar atau tidak grammar yang aku pakai, tapi dia mengerti. Dia bilang bahwa itu juga merupakan teater pertamanya. So, this is Sonichi!. Aku kenalan dengannya tapi aku tidak ingat namanya. Entah dia ingat namaku atau tidak. Soalnya aku bersusah payah mengeja namaku dalam bahasa Inggris padanya. Setelah agak mulai sedikit akrab, aku tanya di Jepang dia tinggal dimana?

“Osaka” jawabnya singkat.
“Pernah menonton teater 48 di sana?”
“Tidak ini pertamakalinya”
“Kenapa ingin menonton ini?”
“Di Jepang, JKT48 sangat terkenal”

Aku tidak begitu kaget karena berdasarkan penelusuranku di internet, JKT48 memang cukup terkenal di Jepang. Dia sendiri tidaklah datang langsung dari Jepang. Kebetulan dia sedang bekerja di Indonesia sampai Februari 2014. Cukup menarik orang ini sebenarnya. Sayangnya kami tidak mengobrol banyak karena pintu sudah ditutup dan  acara akan segera dimulai.

Aku fokus ke depan. Sesekali aku melirik ke bagian belakang panggung. Banyak sekali fans yang berdiri dan wajah mereka tidak tampak mengeluh karena tidak dapat tempat duduk. Mungkin sebagian besar dari mereka, berdiri lebih baik. Tapi entahlah. Aku tidak begitu memikirkan hal ini. Yang kupikirkan saat itu bahwa aku akan bertemu dengan member yang sebelumnya hanya kulihat di layar kaca. Sebenarnya aku pernah menonton kelompok ini saat konser di Bandung, tapi  saat itu tidak ada member Tim KIII. Jadi ini pula yang menjadi pertimbanganku kenapa aku ingin teater pertamaku adalah setlist yang dibawakan Tim KIII.

Lampu sudah gelap. Aku menatap fokus ke panggung yang ukurannya lebih kecil dari ukuran panggung di gedung auditorium sekolahku dulu akan ada gadis-gadis yang akan menari dan bernyanyi dengan riang. Yah, mereka akan kunantikan lengkap dengan ekspresi dan daya tarik mereka. Setidaknya itu sensasi yang aku dapatkan ketika melihat mereka dari layar kaca semata.

Aku tetap menatap  ke panggung. Sunyi. Kosong. Sebuah panggung yang merana tanpa desain artisitik. Tidak sama seperti pertunjukan drama di gedung teater. Namun kesunyian panggung itu hanya sementara. Panggung itu tiba-tiba  menggema ketika sebuah suara yang tampaknya berasal dari belakang panggung terdengar renyah nan menarik. Berdasarkan yang aku tahu, ini disebut Kageana. Biasanya hal ini berupa dialog semacam ucapan selamat datang di teater dengan sedikit dialog tambahan informasi yang diperlukan. Semacam pembawa acara yang membuka pertunjukan, itulah Kageana. Hari itu suara yang terdengar adalah milik Acha. Aku tahu member ini tapi aku bukanlah orang yang begitu memperhatikannya.

Overture yang Melebur

Setelah Kageana, musik pun terdengar. Overture. Suara yang menggelora. Alunan nyanyian penonton yang membahana dan lighstick yang bercahaya. Suasana overture yang sering terjadi. Sama seperti sebelumnya. Tapi kali ini orang yang mengangkat lighstick tidaklah terlalu banyak. Tidak sama ketika keagungan cahaya saat overture konser di Bandung. Apalah selalu seperti ini? Aku tidak tahu. Tapi yang pasti, suasana overture yang meningkatkan ubun-ubun ini adalah kelebihan dari menonton JKT48.

Dreaming Girls

Impian, impian dari seorang gadis. Begitulah lagu pertama dibuka dengan acapella. Aku terpana menikmati tepuk tangan yang lembut tapi menghentak dari gadis-gadis itu. Kakiku ingin bergoyang naik turun mendengar lagu ini. Sayangnya di tengah ruhku yang ingin larut dengan lagu,  aku menyadari sebuah  kenyataan pahit. Lagu yang mewakili perasaan mereka itu tidak dibawakan oleh member utama atau member garis depan. Si perebut hati Viny tak tampak diri, sang kapten memesona tidak ada, si gesit Rona entah hilang kemana. Dan aku pikir  si gadis lucu itu barangkali sedang ada di dalam karung. Semua hal yang ingin aku nonton malah tak nampak dari panggung. Padahal dari daftar anggota yang akan tampil, nama-nama itu akan ada. Kenyataannya tidaklah sama. Di depanku ada nama-nama Saktia, Dellia, Nobi, Shafa, Vanka, Rachel dan Sisil. Sedangkan anggota utama yang hadir hanya ada Acha, Uty, Nat, Hanna, Noella, Sinka, Lidya, Nadila, dan Della.

RUN RUN RUN

Aku tidak tahu kemana anggota utama lain yang benar-benar aku nantikan. Tetapi kenyataan mereka pergi itu sedikit menusuk hati. Bayangkan datang dengan sepenuh hati untuk bertemu dengan orang yang ingin kau temui, tapi dia tak nampak di depanmu. Rasanya saat itu ingin berlari-lari saja mengelilingi FX Sudriman. Berlari seperti lagu RUN RUN RUN yang mereka nyanyikan. Aku menjadi tidak menikmati pertunjukan ini. Teater petamaku diisi oleh anggota pengganti, anggota dengan status masih dalam tahap latihan. Meski aku tahu dari beberapa catatan fans yang sering menonton kalau mereka berkembang, tapi aku benar-benar ingin keluar. Yang membuatku bertahan hanyalah alunan lagu serta lirik RUN RUN RUN yang membawaku kembali ke masa 10 tahun lalu. Kenangan saat menunggu jawaban dari gadis yang dulu kusuka.

Buah Harapan

Aku memaksakan diri menonton dengan perasaan kecewa. Dan menikmati lagu ketiga ini hanya membawa ingatanku pada mini market dan anime Jepang yang aku tonton beberapa waktu lalu. Tidak ada hal yang istimewa. Hentakan tari mereka bagiku biasa. Aku sudah terlampau kecewa tampaknya. Performa mereka biasa. Bahkan performa anggota yang sedang ulang tahun hari itu pun tampak terlampau biasa. Padahal dia sering dipuji oleh fans yang sering aku jadikan panutan. Apa benar pria yang menurutku sangat bijak itu benar-benar menuliskan kelebihan gadis bernama Noella? Entahlah tapi aku masih memasang hati kecewa. Tampak tidak ada harapan untuku menikmati pertunjukan pertamaku malam itu.

Viva Hurricane!

Aku terbelenggu oleh pusaran dari emosi….
Lagu ini benar-benar menggambarkan perasanku. Yap emosiku sedang diaduk-aduk dalam sebuah adonan tanpa garam, tanpa bumbu yang enak dari pertunjukan yang aku tonton ini. Apalagi aku sedikit muak melihat gerak mereka yang tampak tak gesit. Padahal ketika lagu ini pertama kali ditampilkan di layar kaca, aku terbawa gerakan angin topan mereka. Kali ini lagu ini lebih menggambarkan perasaanku sendiri. Namun satu yang pasti badai mereka di lagu ini dapat aku bendung. Mungkinkah aku menegatifkan mereka meski mereka tampil luar biasa? Bisa jadi hal tersebut benar karena emosiku sedang mendominasi akal sehatku.

Rehat Sejenak

Mereka berbaris memperkenalkan diri dan mengenalkan lagu yang tadi dibawakan. Ini biasa disebut sesi MC. Mereka mencoba membuat suasana MC menarik. Tapi yang aku dapat hanya terasa seperti formalitas saja. Tema yang mereka bawa tergolong bagus sebenarnya, hanya saja cara mereka menjawab dan saling menimpali tidak begitu baik. Beberapa member mungkin bisa dikatakan mencoba mencairkan suasana tapi tak mengena. Tema MC yang diangkat oleh mereka adalah “Ingin menjadi tokoh apa dalam cerita rakyat Indonesia?”. Sungguh ini pertanyaan bagus. Mereka juga menjawab dengan memilih karakter yang pas. Tapi tidak semuanya tampil menarik. Terma MC ini sebenarnya akan lebih baik jika dibawakan secara serius, yah meskipun harus mengorbakan suasana yang seharusnya cair di ruang teater tersebut.

Jangan Panggil Aku Idol

Percayalah, salah satu alasanku memilih Matahari Milikku sebagai setlist yang ingin aku tonton adalah karena lagu-lagu unitnya. Termasuk unit lagu ini. Lagu yang bagiku memiliki citra yang sama dengan lagu Ekor Malaikat ini tampak memikat. Apalagi katanya Yupi dan Naomi ada di unit ini. Tapi seperti yang sudah dijelaskan di awal, tidak ada mereka. Hanya ada Via, Sinka, Nadila, dan Sisil. Mereka memang tampak lucu dengan pakaian ungu yang mereka kenakan. Tapi itu tidak mengubah pendirianku kalau hatiku terlanjur kalap oleh pertunjukan ini.

Aku, Juliet, dan Jet Coaster

Aku pernah melihat cuplikan video lagu ini yang diambil ketika JKT48 konser di Semarang. Melihat cuplikannya saja begitu memesona. Apalagi kalau menontonnya langsung. Itulah yang aku pikirkan. Dan daya tariknya adalah Rona, gadis yang paling aku tunggu penampilannya malam ini. Dimana dia? Ini terlampau membuat sakit ketika mengetahui ia tidak ada. Seperti menikmati film dengan artis eksotis tapi dengan akting yang miris. Jujur saja, aku berdiam diri dan tidak merasa sedang menaiki Jet Coaster ketika mendengarkan lagu ini. Bukan berati Acha, Nat, dan Vanka yang membawakan lagu ini tampil tidak bagus. Ini hanyalah soal sudut pandang pribadi. Mereka bertiga tampil baik tapi kesan bagiku menjadi hambar karena orang yang diharapkan tidak ada di panggung impian. Sungguh, tidak ada adegan yang lebih kunanti kecuali ingin melihat saat Rona bergerak ke belakang sambil menekuk siku lengannya dengan kedua telapak tangannya bertemu di dada. Kemudian ia melangkah ke belakang dengan jalan yang bertempo. Ketika itu biasanya akan terdengar lirik Panah malaikat itu, Menetap di hati, Tolong cabutlah…. Melihat adegan itu selalu berkesan. Aku ingin lihat langsung adegan itu namun yang kulihat hanyalah Acha, Nat, dan Vanka. Bagiku mereka hanya menggerakan badan tanpa energi seperti halnya Rona. Meski aku lihat ada usaha dari mereka untuk menjiwai setiap gerakan yang ada.

Cinta Jangkrik

Sudah akan hampir setengah dari jumlah lagu yang akan dibawakan tapi perasaan masih melayang dalam ketidaknyamanan. Lagu Cinta Jangkrik pun mulai mengusik. Tidak berharap banyak sama seperti lagu-lagu sebelumnya. Tapi hatiku tiba-tiba terusik. Bukan terusik karena bertambah nyaman justru hati ini melompat menjadi ingin terus menetap kedepan Yah sepertinya hatiku mulai mencair. Melihat dua orang yang tidak pernah aku mau perhatikan menjadi pusat perhatian. Dellia dan Novinta (Nobi) datang dengan kostum anggun yang rupawan. Aku tidak tahu dengan penonton lain tetapi mendengarkan suara mereka pada lagu ini benar-benar membuatku terisi. Dellia, anak yang awalnya aku anggap tidak begitu istimewa mencuri perhatian mata. Dia datang dengan gaun warna putih. Dan saat itu mataku terhipnotis, tak mau lepas dari ini gadis. Tapi Novinta Dini atau Nobi juga tidak kalah mencuri hati. Dia datang dengan kostum bercorak hitam yang membuat penampilan keduanya jadi berimbang. Aku mulai menemukan kenyamanan. Suara mereka sangat bagus. Suara mereka  bahkan terlampau emas jika menilik status mereka sebagai anggota yang masih tahap latihan. Penampilan mereka inilah  yang membuat energi memuncak kembali. Perasaan itu ibarat menikmati pertunjukan drama saat klimaks tiba. Saat itu, aku benar-benar berdecak kagum dan terpesona. Dan ketika lirik Setidaknya tengok dan lihat kesini, Tak terungkapkan dalam kata, aku benar-benar menjadi diam seribu bahasa.

Image

Delli dan Nobi. Sang Cahaya Matahari
Sumber foto : @Delli_JKT48

Pertahanan dari Cinta

Panggung tidak pernah kosong. Ia selalu terisi, nada awal dari lagu “Pertahanan dari Cinta” pun mengudara. Kini Lidya dan Shafa datang dengan kostum warna hitam. Dilanjut dengan sang gadis yang sedang bertambah usianya hari itu, Noella. Katanya lagu ini adalah miliknya. Dan aku ingin membuktikan apa yang menjadi “katanya” ini. Rasanya? Aah ini semacam perasaan nyaman yang berlanjut. Tidak mau pergi, yah aku betah. Mereka bertiga tampil bagus. Gerakan, suara serta ekspresi mampu seimbang. Jadi tidak ada yang ingin benar-benar menonjol ketika awal-awal lagu bergulir. Semuanya saling mendukung. Menariknya dalam beberapa saat atau pertengahan lagu, Lidya dan Shafa mampu lebih menggebrak dibandingkan Noella. Tapi Noella tak mau pancaran sinar lagunya ini direbut begitu saja. Satu yang memikat dari Noella, rambutnya yang terkibas angin yang  mencuri perhatian. Pada akhirnya aku menikmatinya, baik musik, lirik dan penampilan mereka yang sangat asyik. Secara keseluruhan ketiganya tampil baik. Berkat penampilan di lagu ini,  aku jadi percaya bahwa Noella memang benar-benar seorang penampil yang baik.  Oh yah mungkin catatan khusus untuk Shafa, rona mukamu yang eksotis dan mata yang menatap tajam mengingatkanku pada seseorang….. 🙂 Ah sudahlah… yang jelas aku benar-benar menikmati penampilan unit lagu ini.

Bunga Matahari

Apa yang menarik dari Bunga Matahari? Mendengar sebelum menonton teaternya, tentunya yang versi cover oleh fans membuat saya merasa lagu ini bernilai baik. Liriknya sangat bagus serta pilihan diksi yang baik dari penerjamah lagunya membuat lagu ini cukup berkelas. Secara musik, lagu ini seperti membawa rindu pada lagu-lagu lama. Meskipun liriknya terdengar utopis tapi justru itulah yang menjadi kelebihannya. Aku selalu membayangkan suasana indah dengan pemandangan alami ketika mendengar lagu ini. Lebih indah lagi ketika kini aku menyaksikan sendiri bagaimana Della, Hanna, Uty, Rachel membawakan lagu ini. Della dengan pembawaannya yang kemayu, Hanna sang gadis elegan yang manis, Uty sang kelinci yang berubah menjadi peri, serta Rachel yang anggun seperti bunga matahari yang ranum. Keempat gadis ini menjadi satu dalam balutan lagu yang syahdu. Rasanya lagu Bunga Matahari ini membuatku bernapas lega bahwa aku tidak menyesal untuk duduk berlama disini.

Rehat untuk Kembali Ke Formasi Penuh

Selesai lagu Bunga Matahari berkumandang, keempat gadis manis ini berbincang tentang putri yang ada dalam dongeng. Mereka berkhayal ingin menjadi putri apa. Rachel mendambakan putri dengan gaun kuning (seingatku itu Princess Belle). Uty ingin menjadi Putri Putih Salju yang hidup bersama 7 kurcaci. Hanna ingin menjadi Putri Jasmine. Dan Della, dia ingin menjadi putri bagi dirinya sendiri. Perkataan Della benar-benar aku setuju. Semuanya pasti akan setuju jika mereka tidak perlu menjadi putri dalam dongeng. Mereka sudah menjadi putri bagi diri mereka dan putri dalam hati bagi fans yang mendukung mereka.

Kakak Kelasku

Kini aku melihat mereka dalam formasi penuh lagi. Mereka tampil dengan baju bercorak kotak merah. Tema lagunya tentang seorang gadis yang menyukai kakak kelas dua tahun di atasnya. Aku menikmati performa mereka. Meskipun tidak ada Rona yang aku tahu akan membawa roh dalam tiap gerakan, penampilan mereka toh sudah cukup bagus. Mataku tertuju pada Shafa dan Dellia. Shafa wajahmu masih mengingatkan seseorang dan Dellia, aku seperti melihat permata yang belum bersinar. Apakah kau akan dibiarkan redup? Padahal suaramu lebih indah dari berlian. Apakah kau menyimpan beban? Kau bersinar dalam suaramu namun kau terlihat tak bebas dalam gerakmu. Apakah kau merasa iri dengan tinggi badan temanmu? Percayalah itu bukan masalah besar.. Jadilah lebih atraktif. Begitulah pertanyaa-pertanyaan retoris yang menderu dalam hatiku saat lagu ini dinyanyikan.

Dengan Berbagai Alasan

Akhirnya aku bisa mendengar lagu ini dengan jelas. Aku jadi bisa tahu gerakan atau tarian dari lagu ini. Salah satu lagu dari sekian banyak lagu bertema musim panas dan pantai. Satu-satunya yang menarik dan membuatku tersenyum simpul sendiri adalah saat mereka membuka kostum mereka dan menampilkan kostum warna putih yang menunjukan keanggunan mereka sebagai sosok gadis manis. Kostumnya menarik, kalau mau jujur aku lebih suka kostum ini dibandingkan American Pop. Lagu ini sendiri sangat enak dalam hal nada dan musik (bagiku) tapi aku agak kurang berkenan dengan liriknya. Lirik pada lagu ketiga dalam setlist Pajama Drive lebih terasa menarik dalam membawakan tema pantai dibandingkan lirik pada lagu ini.

De Javu

Masih dengan kostum yang sama, De Javu dibawakan dengan sangat menarik. Suara Dellia dan Nobi atau Novinta masih dapat kurasakan meskipun samar. Performa mereka  masih tampil baik. Della Dellia sendiri tampak seperti kebingungan meskipun ia bisa mengantisipasinya. Secara keseluruhan, semuanya mendendangkan lagu yang bertema kebetulan ini dengan cukup baik . Suatu kebetulan yang pernah kita rasakan, sesuatu yang pernah terjadi dan terjadi kembali.

Rehat : Harapan

Ketika lagu De Javu selesai, Hanna, Acha, Via, Sisil, dan Dellia mengucapkan harapan dan doa mereka terhadap Noella. Tidak ada yang begitu menarik pada sesi ini kecuali saat Sisil berceloteh. Dia sungguh lucu. Tapi pada saat ini aku lebih memperhatikan Dellia yang lebih banyak diam. Kediamannya masih menimbulkan tanda tanya besar buatku.

Apakah Kau Melihat Mentari Senja?

Lagu yang jelas aku tahu karena dibuatkan video klipnya dengan member pengisi Tim J dan Tim KIII. Kali ini aku melihat versi teater. Seperti biasa ciri khas kostum corak senja menjadi identitas terbesar dari lagu ini. Lagu yang memiliki makna  bahwa esok selalu ada matahari yang lebih baik ini merupakan lagu penutup sebelum “encore”. Yang berkesan saat menonton lagu ini adalah teriakan para fans  yang berupa hitungan angka. Hitungan seperti senam atau latihan tari. Apakah lagu ini cocok dijadikan senam? Mungkin fans bisa menyarankan isntruktur senam seperti Vicky Burcky untuk menggunakan lagu ini sebagai lagu pengiring senam pada tahap pendinginan. 😛

Encore

Aku pernah merasakan “encore” saat konser di Bandung. Saat itu encore yang terdengar luar biasa. Kini aku merasakan kembali. Tapi kali ini aku tidak mendengar teriakan encore. Berhubung hari sebelumnya Dellia ulang tahun dan hari ini Noella ulang tahun, maka encore diganti dengan menyebut nama mereka.

Lay Down

Melihat lirik lagunya di internet membuatku berpikir bahwa lagu ini mungkin tidak akan dikeluarkan ke publik. Liriknya sedikit memberontak. Keluar dari pakem etika dan adat di Indonesia. Hmm mungkin memang sebaiknya lagu ini tetap hidup disini saja. Lagu yang didendangkan dengan kostum hitam ini memang luar biasa. Citra gadis atraktif pada lagu sebelumnya berubah menjadi sosok gadis yang egois dan posesif dengan tatapan tajam menakutkan. Aku perhatikan semuanya cukup ekspresif. Dan aku akui Noella pun tampil lebih baik dibandingkan awal. Yah kini aku lebih mengakui bahwa  dia memang penampil yang hebat ÷)

Bingo

Lagu yang dibawakan dengan kostum anggun berwarna pastel. Lagu yang menyuratkan pesan tentang bahwa semua hal itu sudah digariskan oleh Tuhan. Sesuatu yang acak pun merupakan keputusan Tuhan yang sudah ditentukan. Lagu ini dibawakan oleh mereka dengan menarik dan ceria. Lagu menjelang akhir ini justru tidak membuat mereka tampil kelelahan. Mereka lebih atraktif dan menarik. Satu hal yang pasti, sampai lagu ini aku baru sadar bahwa aku melupakan momen saat aku kecewa pada awal-awal penampilan mereka.

Matahari Milikku

Inilah sang penutup lagu. Lagu yang berjudul sama dengan nama judul pertunjukan musik mereka. Matahari Milikku dibawakan dengan kostum yang masih sama dengan kostum Bingo. Aku pikir kostum ini lebih menarik untuk membawakan lagu ini dibandingkan kostum American Pop. Lagu ini dibuka dengan suara emas Dellia. Ah menariknya. Aku seperti tidak mau lagu ini cepat berakhir. Percayalah aku tidak ikut chant seperti fans lainnya. Aku lebih senang menyanyikan lagu ini. Lagu yang penuh makna. Lagu penyemangat bahwa teman yang baik adalah seperti matahari. Sinarnya yang terang akan selalu mencari keberadaanmu. Bahkan ketika kau ada dalam kegelapan, yakinlah selalu ada cahaya yang akan muncul karena fajar selalu tiba. Dan aku meyakinkan diriku bahwa hari itu aku tidak akan menangis hanya gara-gara tidak ada matahari yang kuharapkan. Sebab matahari yang lain begitu menyilaukan hati. Dellia, Shafa, Novinta, Rachel, Della, mampu menjadi matahari baru bagiku. Terutama Dellia, dialah matahariku saat aku sedang merasa gelap karena menangis sendirian pada awal pertunjukan. Dialah cahaya ketika Cinta Jangkrik berkumandang mengetuk perasaan. Dialah yang menghibur ketika kuketahui bahwa Viny, Ayen, dan Naomi berada di tempat lain menerima penghargaan. Tentu dia menghibur dengan menampilkan performa terbaiknya saat itu.

Sesi Akhir

Pertunjukan berakhir. Namun belum benar-benar selesai. Ada perayaan ulang tahun hari itu. Noella mendapatkan surat spesial dari Nadila dan Della mendapatkan pesan suara dari si gadis yang selalu ingin diculik oleh fans, Yupi. Keadaan cukup mengharukan. Della dan Noella tampak menangis bahagia. Air mata gadis remaja benar-benar membuat hati yang sekeras baja pun menjadi luluh tak berdaya. Setelah prosesi harapan dan doa ulang tahun itu, Noella menutup acara dengan sesi MC tentang benda yang akan mempermudah hidup. Noella tampak lelah sehingga dalam MC dia kurang begitu antusias. Tapi aku tahu kau mau berusaha keras Noella.

Penutup dan Pesan Untuk Dia

Selesai sudah pertunjukan, teater pertamaku pun selesai. Orang Jepang yang duduk di sampingku berkata
“Mereka bagus dan mereka cantik-cantik” ujarnya dengan senyuman
Aku pun mengiyakan. Aku pun lantas keluar dari ruangan itu. Aku bersalaman dengan semua penampil. Khusus Shafa aku bilang padanya, kalau kau mirip salah seorang temanku. Aku tidak tahu perasaan dia, apakah disamakan akan membuatnya bersedih. Entahlah. Dellia kini ada di depanku. Dan inilah pesanku padannya
“Aku suka penampilan dan suaramu tapi dalam gerakan kamu kurang enerjik” Dia hanya bilang terimakasih. Aku pun tersenyum padahal aku sedikit gugup sebelum bersalaman dengan mereka termasuk dengan Dellia. Terakhir Acha memberikanku aksesoris dan aku tidak tahu itu apa, tap disana tertulis Uty.

Aku pun bernapas lega. Teater pertamaku berjalan baik dan penuh kenangan. Ada banyak cerita yagn sebeanrnya ingin aku ungkapkan. Aku ingin bicara tentang panggung lebih detail, tentang tata cahaya, dan tentang fans. Namun tampaknya hal tersebut perlu ditulis secara terpisah. Tulisan ini pun terlalu panjang, maaf kalau bacanya buat lelah. Yang pasti inilah pengalaman teater pertamaku.