Kamis, 16 Juli 2020 ini jadi hari yang spesial bagi anak pertama saya, Gladio. Pada hari tersebut, anak saya menjalani “operasi” yang jika saya kuping percakapan suster disebut rekonstruksi penis. Orang jelas lebih mengenalnya sebagai sunat.
Sebenarnya, tidak ada rencana Gladio harus disunat pada tahun 2020 ini. Usianya baru 3 tahun lebih. Tetapi karena alasan medis, akhirnya Gladio harus dikhitan.
Awal mula Gladio dikhitan ini ketika dia mengalami susah pipis dan merasa kesakitan. Ini adalah kedua kalinya. Saya lupa yang pertama kapan tepatnya tetapi waktu itu, Gladio mengalami hal yang sama. Ia baikan setelah akhirnya pipis dengan lancar.
Kejadian kedua membuat kami (saya dan ibu Gladio) harus membawa Gladio ke dokter. Kami periksa di dokter umum terlebih dahulu karena kami memakai asuransi dari pemerintah yang terkenal itu. Dokter merujuk kami ke spesialis. Katanya harus diperiksa oleh spesialis, kalau masih belum pipis harus ke IGD. Untung, setelah dari dokter, Gladio pipis banyak.
Meski sudah pipis, kami tetap membawa Gladio ke spesialis sesuai rujukan ke salah satu rumah sakit di Bandung. Sayangnya, rujukannya ternyata salah. Rujukan tertulis adalah ke urologi dan menurut admin rumah sakit, kami harusnya dirujuk ke bedah anak. Kami kembali ke faskes pertama dan meminta rujukan ke bedah anak.
Tadinya, saya berpikir mencari rujukan bedah anak di rumah sakit yang dekat dengan rumah kami. Sayangnya, beberapa rumah sakit yang dekat ternyata tidak memiliki spesialis bedah anak. Saya pun akhirnya ke salah satu rumah sakit yang memiliki spesialis bedah anak. Dan akhirnya, dokter bedah anak memeriksa dan mengharuskan Gladio untuk disunat. Kami pun melakukan sunat dengan dokter tersebut di rumah sakit.
Cerita tentang membawa anak ke rumah sakit ini bukan pertama kali. Adik Gladio, Kanaya, waktu usia menginjak 1 tahun pernah mengalami penurunan trombosit yang membawanya harus ke IGD. Kami pun ke IGD dan akhirnya mendapatkan perawatan yang baik sampai akhirnya Kanaya sembuh. Hanya saja tempat Kanaya dirawat adalah rumah sakit yang berbeda dengan rumah sakit tempat Gladio disunat.
Dua kejadian ini membuat saya berpikir, kenapa rumah sakit itu ada yang memiliki klinik spesialis yang lengkap, ada yang tidak. Coba, bayangkan, jika ada rumah sakit yang modern, nyaman, dan memiliki poliklinik yang lengkap. Di kota tempat saya tinggal, memang ada tetapi jumlahnya sedikit.
Saya sih inginnya ada rumah sakit di kota kami seperti Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap. Rumah sakit ini sudah ada sejak tahun 1998. Berarti sudah cukup lama melayani masyarakat Surabaya.
Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya ini merupakan rumah sakit yang ada di bawah naungan Mitra Keluarga Grup. Grup ini cukup banyak memiliki rumah sakit, sayangnya belum ada perwakilannya di Kota Bandung.
Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya sendiri hadir dengan layanan seperti Bonedensinometeri, USG 4D, Bank darah dan lainnya. Kelengkapan layanan ini tentunya membuat Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya menjadi salah satu pilihan tempat bagi masyarakat untuk mendapat layanan kesehatan yang baik.
Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya memiliki banyak poliklinik dengan dokter spesialis yang sudah berpengalaman. Mulai dari Poliklini Bedah, Poliklinik Jantung dan Pembuluh Darah, Poliklinik Saraf, Poliklinik Kandungan dan Kebidanan (dan masih banyak lagi. Banyaknya poliklinik jelas membuat Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya sebagai salah satu rumah sakit pilihan yang menarik.
Gedung Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya juga tergolong tinggi dan besar. Hal ini membuat ruang rawat inap di rumah sakit ini tergolong banyak dengan berbagai pilihan kelas.
Nah, buat pembaca yang tinggal di Surabaya dan sekitarnya, dapat mengunjungi rumah sakit ini. Terlebih untuk pembaca yang anaknya akan disunat, bisa di rumah sakit ini karena Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya juga punya dokter spesialis bedah anak.
Namun, sebagus-bagusnya Rumah Sakit tentunya akan lebih baik jika kita selalu sehat sehingga tidak perlu mendatangi rumah sakit. Datanglah ke rumah sakit jika memang diperlukan. Bila sehat pun sebenarnya bisa berkunjung untuk melakukan medical check up. Terlebih di kondisi sedang maraknya wabah pandemi Covid-19. Keberadaan rumah sakit sangat penting, terutama untuk mereka yang memiliki gejala atau reaktif terhadap Coronavirus.
Sebagai penutup, saya berharap Rumah Sakit Mitra Keluarga punya jaringan rumah sakit di Bandung. Siapa tahu, manajemen Mitra Keluarga Grup membaca tulisan saya ini. Karena menurut saya, menilik informasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya, rasanya Kota Bandung juga cukup pantas memiliki rumah sakit sekelas ini.