Pernah terpikirkan dan merenung bahwa sebagian besar dari kita lebih banyak menuntut negara dibandingkan berkontribusi padanya? Hmm semacam ironis ketika kebanyakan dari kita lebih banyak mengeluh tentang kondisi negara. Bahkan kita selalu membanding-bandingkannya dengan negara lain. Contoh yang paling kental terlihat adalah saat kita mengeluh karena negara lain lebih maju dalam satu bidang sedangkatn kita tertinggal.

Hal ini cukup wajar, rasa iri akan kemudahan yang didapatkan orang-orang di negara lain membuat kita ingin Indonesia lebih baik, Tetapi jika terus-menerusan mengeluh, apakah impian mereka akan jadi kenyataan? Tidak. Jangan berharap pula pada pemerintah. Menyalahkan pemerintah terus-menerus juga kurang elegan rasanya.

Lantas apa yang mesti diperbuat?

Pertanyaan inilah yang terus terlintas di kepala saya. Apa yang akan saya lakukan? Saya tidak mau cuman mengeluh terus berkomentar saling menyalahkan di dunia maya. Saya perlu membuat sesuatu. Saya sedikit iri ketika salah satu teman saya sudah cukup berkontribusi dengan menjadi pengajar di pedalaman. Atau betapa rasanya masa muda saya sia-sia saat mengetahui seorang remaja SMA mengharumkan nama bangsa dengan kegiatan olimpiade.

Mereka dan orang-orang lain telah memulai sesuatu yang bermanfaat bagi Indonesia. Barangkali saya perlu menulis tentang Indonesia, tentang masa depan merah putih ini. Hal-hal kecil yang bisa jadi sebagai kontrbusi besar bagi negara misalnya membuat kelompok belajar gratis bagi anak-anak kecil atau membuka sanggar seni gratis untuk melestarikan budaya asli Indonesia. Hal lain yang bisa dilakukan misalnya membuang sampah pada tempatnya, meskipun terlihat kecil tetapi langkah tersebut bermanfaat. Bayangkan jika 200 juta lebih warga Indonesia membuang sampah dengan benar, tidak akan ada banjir ataupun sungai yang kotor.

Presiden : Bukan Sebuah Pengandaian

Tentu saja saya pun punya mimpi yang lebih besar kedepannya. Sebuah harapan dan sebuah impian. Sebuah impian yang berangkat dari tindakan kecil menuju perubahan besar, menjadi Presiden Republik Indonesia. Bergerak, berkontribusi, berbicara dan bertindak merupakan empat langkah yang perlu dilakukan agar saya bisa mencapai istana.

Tidak melulu mengkritk tanpa arah, tetapi langsung mencoba menjadi yang sebenarnya. Mengurus negara tiap harinya, membuka upacara, meresmikan sebuah lembaga atau kegiatan, pertemuan dengan pemimpin dunia dan pidato di layar kaca. Semua tentu akan dilakukan karena itu prosedur, tidak bisa tidak.

954790_518446014894834_489764887_n

Hal tersebut sebenarnya cukup lumrah dilakukan semua pemimpin tetapi yang lebih penting jika saya menjadi presiden, saya tidak akan muluk melakukan ini dan itu. Cukup fokus pada satu hal : budaya. Lha? Kenapa harus budaya? Bukankah bidang budaya bukanlah program utama yang bisa membuat rakyat sejatera? Budaya kan hanya tentang seni dan pariwisata.

Jika pertanyaan dan pernyataan itu yang ada di benak pembaca sekalian, maka perlu dibaca kembali pengertian budaya itu sendiri. Percayalah dengan satu kata ini, akan ada perubahan dari segala bidang. Dengan fokus menjujung budaya ini, akan ada perubahan cara berpikir dan akan ada jati diri bangsa yang sebenarnya.
Coba tengok arti kata budaya itu. Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya berarti akal, budi, adat istiadat, atau sesuatu yang mengakar dan berkembang. Jadi budaya bukan hanya bicara tentang seni semata tetapi lebih luas. Karena budaya terbentuk dari sistem politik, agama, suku, bahasa bahkan sistem sosial dan ekonomi. Dengan mengedepankan filosofi budaya ini, maka ketika saya menjadi seorang Presiden, saya akan akan melakukan hal-hal berikut

  1. Budayakan Kejujuran. Dengan kalimat sederhana ini, kegiatan korupsi diusahakan untuk diminimalisir.
  2. Budayakan Wirausaha. Dua kata yang membangkitkan semua orang bahwa membuka lapangan kerja akan lebih baik dibandingkan mencari pekerjaan.
  3. Budayakan Disiplin.Tidak akan repot menyuruh anak muda tepat waktu ke sekolah atau berseragam yang baik tetapi memulai dengan mendisiplinkan pejabat pemerintah baik eksekutif maupun legislatif. Dengan memberikan contoh generasi muda pun tidak perlu digurui tentang hal ini karena akan banyak dari mereka mencontoh hal baik dari petinggi negeri in.
  4. Budayakan Hak Asasi. Manusia memiliki berbagai haknya. Hak untuk hidup, hak untuk memebri pendapat, dan hak untuk melakukan hal apapun selama tidak melanggar etika dan norma yang berlaku.
  5. Budayakan Menghargai Orang Lain. Bukan hanya tentang saling memahami dan kerukunan umat beragama tetapi juga saling menghargai karya orang lain dalam hal kreativitas, seni, dan budaya. Dalam hal ini termasuk melestarikan seni budaya sendiri.
  6. Budayakan Kebersihan. Tidak ada alasan untuk hidup dalam lingkungan kumuh dan kotor. Menata ulang kota dan merenovasi lingkungan yang tak layak menjadi prioritas penting. Termasuk langkah kecil yang sudah disebutkan
  7. Budayakan Membaca . Terkait pendidikan. Tidak perlu muluk membangun perpustakaan yang representatif. Cukup membuat taman bacaan kecil di lingkungan dekat adalah hal yang penting dan cukup realistis.
  8. Itulah hal yang akan saya lakukan? Apa terdengar normatif? Yah setidaknya itu cukup realsitis dibandingkan hal-hal muluk lainnya. Karena tantangan terbesar bukanlah mengejar menjadi negara maju tetapi biarlah masih negara berkembang dengan warganya yang berpikiran maju. Caranya mengubah pola pikir dan membudayakan hal-hal yang tadi disebutkan.

Masih menganggap hal tersebut pengandaian belaka? Ya sudah mari simpan pengandaian saya ini pada sebuah kotak pandora. Saatnya memulai kembali, melakukan hal-hal kecil yang berkontribusi besar. Jika saatnya kotak pandora dibuka, jangan lupa pilih saya suatu saat nanti. Tenang saya tidak akan berjas dan berdasi hitam, apalagi memakai peci. Saya adalah budaya Indonesia.

Terimakasih.