Saya itu suka makan. Makanan jenis apapun asal sesuai dengan lidah saya. Jika saya tidak suka makanan tertentu, mungkin karena makanan tersebut memang tidak cocok buat lidah saya. Mau senikmat apapun kata orang, kalau soal lidah beda urusan. Makannya, saya lebih suka makanan yang memang sesuai dengan lidah, terlebih murah macam warteg sebelah.

Pernah saya makan di tempat yang cukup elit. Ceritanya diajak keluarga. Saya pesan salah satu jenis makanan yang bahkan saya tidak tahu bentuk dan rasanya. Maklum, jarang makan di tempat mewah. Hasilnya? Makanan tersebut tidak sesuai lidah saya, meskipun tetap saya bisa menghabiskannya. Tapi yah saya butuh waktu lama buat menghabiskan makanan tersebut, maklum saya tuh pemakan super cepat.

Ko bicara makanan? Nah, sebenarnya saya jarang menulis tentang makanan. Tetapi ga salah juga kan buat saya untuk nulis tentang makanan. Toh, kita bisa menulis apapun kegiatan, kesukaan kita, atau apapun itu. Karena di blog ini, saya belum berceloteh tentang makanan, makannya saya kali ini bercerita pengalaman makan saya di sebuah restoran Jepang.

Pengalaman Makan di Magurame Udon dan Tempura

Ceritanya, saya punya kesempatan makan siang di sebuah restoran baru di Trans Studio Mall Bandung. Nama restoran itu Magurame Udon dan Tempura. Sudah jelas yah, dari namanya, restoran tersebut menyajikan udon dan tempura. Apa itu udon? Apa itu tempura? Duh sebenarnya saya gak tahu itu jenis makanan apa. Yang jelas itu adalah makanan dari Jepang. Mengenai bentuknya saya kurang tahu waktu itu. Tapi setelah datang, ternyata udon ini salah satu jenis makanan mie dan tempura itu semacam gorengan dari Jepang. Kala soal mie dari Jepang, saya selalu ingat ramen. Kebetulan saya sempat mencicipi ramen di salah satu restoran Jepang ternama. Enak ko, apalagi pedasnya, sesuai dengan lidah saya.  Sepertinya, udon juga akan sesuai dengan lidah saya.

Saat datang pertama ke restoran ini, saya sudah seperti berada di restoran yang ada di negeri Sakura. Suasananya benar-benar nyaman. Yang cukup unik, restoran ini menggunakan konsep open kitchen, alias dapur terbuka. Saya pun sedikit melihat proses memasak mereka meskipun hal tersebut tidak terlalu membuat saya tertarik. Saya percaya sih, restoran semacam ini, tidak perlu konsep dapur terbuka pun, proses pengerjaannya pasti  bersih, segar, dan terawat. Tapi mungkin tidak semua orang sepemikiran dengan saya.

Suasa Restoran yang  Tampak Modern
Suasa Restoran Nagurame Udon

Sebenarnya saya kurang mengerti cara memesan makanan di tempat semewah ini. Nah, kebetulan ada pegawai Magurame Udon dan Tempura yang memakai seragam putih-putih dan berkeredung mau membantu saya. Dia menjelaskan kalau saya akan memesan makanan, saya perlu mengantri. Saya pun mengikuti instruksi dia. Karena restoran ini baru, antrian pun terbilang cukup ramai. Tapi saya mau ko menunggu, apalagi  petugas pertempuan tadi masih mau membantu saya.   Dia menjelaskan tentang pilihan makanan yang ada di restoran ini. Saya bisa memilih 9 jenis Udon atau 4 jenis nasi. Katanya menu nasi ini dihadirkan karena sifat orang Indonesia yang terbiasa makan nasi.  Perempuan tersebut menjelaskan macam-macam Udon, seperti Tori Baitang Udon, Kamage Udon, Mentai Kamatama Udon, dan udon-udon lainnya. Saya lupa ada jenis udon apa aja. Tapi saat itu saya sudah memutuskan untuk memesan Nikku Udon. Saya sih memilih udon bukan karena penjelasan perempuan berkerudung tadi, tapi karena tampilan udon ini (dari gambar) yang terlihat enak dibandingkan udon yang lainnya.

Antrian pun berjalan. Tiba giliran saya untuk memilih udon yang akan saya makan. Ketika saya ditanya oleh pegawai di bagian dapur akan memilih udon apa, saya jawab Nikku Udon. Pegawai tersebut dengan sigap memberikan instruksi kepada rekan-rekannya untuk mempersiapkan Nikku Udon. Selama proses it saya juga sempat melihat para pegawai yang berseragam putih-putih tampak sibuk melayani para tamu yang datang. Sesekali rekan kerjanya berteriak, seperti memberi arahan untuk tetap semangat dan melayani pengunjung. Semacam teriakan semangat untuk terus bekerja. Nikku Udon pun siap tersaji.

Konsep Restoran Open Kitchen
Konsep Restoran Open Kitchen

Tempura itu Beragam….

Restoran ini menyediakan 10 jenis tempura. Kesepuluh jenis tempura itu dipajang dan konsumen mengambil tempura jenis apapun. Waktu itu, saya ambil tiga jenis tempura. Pertama, kakiage (kalau lihat bentuknya pasti ingat salah satu jenis gorengan), Beef Croquette atau kroket daging sapi, dan Ebi Tempura. Tempura-tempura tersebut ternyata terlihat segar, seperti baru dimasak. Usut punya usut, tempura di Magurame Udon dan Tempura ini ternyata memang harus selalu segar. Tempura yang dipajang dan  tidak dipilih konsumen lebih dari 20 menit digantikan oleh yang baru. Jadi, tempura yang saya makan ini bukanlah tempura yang dimasak tadi pagi melainkan tempura yang baru matang dan belum lebih dari 20 menit.

Tempura yang dipajang  (Maaf fotonya blur)
Tempura yang dipajang
(Maaf fotonya blur)

Setelah memilih udon dan tempura, saya pun ditawarkan tipe minuman dingin atau hangat. Saya pilih dingin. Tetapi saya ternyata saya harus mengambil sendiri. Minuman dingin tersebut adalah ocha. Setelah saya ambil dan sudah melewati kasir, saya duduk dan siap menyantap makanan. Saya diam sejenak. Saya pikir makanan ini terlalu banyak. Nikku Udon yang didalamnya terdapat mie tebal dengan lembaran daging sukiyaki saja terlihat mengenyangkan. Apalagi ditambah dengan tiga tempura dengan ukuran besar. Tapi seperti biasa, jika makanan tersebut cocok dengan lidah saya, yah biasanya sih habis.

Nikku Udon, Beef Croquette, dan Kakiage. (ebi kakiage tidak sempat kefoto)
Nikku Udon, Beef Croquette, dan Kakiage.
(ebi kakiage tidak sempat kefoto)

Kebetulan, saya menghabiskan terlebih dahulu Nikku Udon. Makanan ini ternyata cocok dengan lidah saya. Satu hal yang enak dari udon adalah kuahnya. Kuahnya terasa lebih nikmat. Ternyata kuahnya adalah kuah kake dashi soup. Kuah yang enak ini berpadu nikmat dengan lembaran daging sukiyaki. Sayangnya,  mite tebal Nikku Udon ini terasa ganjil bagi saya. Entah saya yang terlalu menikmati rasa kuahnya, atau mie tebal ini yang kurang cocok dengan lidah saya. Saya tidak tahu, tapi kalau bukan karena daging dan kuahnya, mie tebal Nikku Udon ini tidak akan habis saya makan.

Menikmati Nikku Udon saja membuat perut saya kekenyangan. Tetapi saya masih punya tempura. Sayang kalau tidak dihabiskan. Saya menghabiskan terlebih dahulu Kakiage. Tempura ini memang enak karena didalamnya lebih banyak sayur (lebih enak dibandingkan bala-bala). Setelah Kakiage, saya makan Ebi Tempura dan Beef Croquette. Jujur saja, Ebi Tempura ini enak tetapi saya sudah kenyang, jadi kurang asyik makannya. Sementara, Beef Croquette kurang cocok dengan lidah saya. Kayaknya tempura ini lebih enak jika disandingkan dengan sambal atau saus. Sayang, di Magurame Udon dan Tempura tidak ada bumbu saus, yang ada bumbu cabe rawit, jahe, dan kecap.  Sayang yah….

Terlalu Kenyang

Wah sudah terlalu panjang nih, hmmm cukup aja kali ceritanya. Seperti menutup makanan udon dan tempura dengan ocha yang dingin dan tak berasa, saya tutup tulisan dengan simpulan saya. Makan di restoran ini bikin kamu kekenyangan. Sepertinya, makan siang di Magurame Udon dan Tempura itu adalah pilihan makan jika kamu kelaparan. Saya saja menyisakan beberapa tempura. Saya juga salah sih, karena beberapa jam sebelumnya saya makan makanan berat.  Tapi mungkin juga lidah saya sudah kelelahan makan makanan semacam itu. Hmm kayaknya lain kali saya coba datang kesini siang-siang dengan perut yang belum diisi apapun. Kalau kamu mau datang kesini, kamu bisa datang ke Lantai 2 Trans Studio Mall di Bandung.  Kamu cukup merogeh kocek mulai dari Rp 33 ribu ingga Rp 50 ribu untuk Udon dan nasi. Sementara untuk tempura, satuannya mulai dari Rp 7 ribu sampai di Rp 14 ribu.

Gambar Lebih Jelas Suasana  Marugame Udon & Tempura
Gambar Lebih Jelas Suasana Marugame Udon & Tempura