Purwakarta punya cerita. Sebuah cerita yang bahkan saya anggap biasa menjadi luar biasa ketika terlbat didalamnya.
Saya terlibat dalam cerita Purwakarta. Tepatnya, di satu malam pada Sabtu, 5 Desember 2015. Bukan soal tentang bupati yang katanya kontroversial atau soal lainnya yang ramai dibicarakan di media massa.
Saya terlibat dalam cerita berbeda yang justru membuat saya lupa cerita– cerita Purwakarta yang banyak beredar di media.
Cerita itu adalah Festival Steak Maranggi. Sebuah cerita menarik dari sebuah kabupaten yang dulu saya pandang sebelah mata saja ketika pergi dari Bandung ke Jakarta.

Apa sih istimewanya Festival Steak Maranggi?
Ada banyak cerita istimewa yang saya alami ketika berada di gelaran Festival Steak Maranggi atau #MaranggiSteakFest.
Pertama, sebelum event berlangsung, saya punya kesempatan ngobrol terlebih dulu bersama Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Pada kesempatan ngobrol tersebut, saya baru tahu kalau gelaran #MaranggiSteakFest ini bertujuan untuk lebih memasyaratkan steak khas dari Purwakarta.

Pernyataan tersebut merujuk pada pertanyaan dalam hati saya : “mengapa tidak sate saja yang diangkat?”
Dan ternyata, sate maranggi yang khas Purwakarta itu sudah dikenal. Pak Dedi Mulyadi perlu merasa melahirkan makanan khas tersendiri, yakni sebuah produk makanan baru yang tetap mencirikan khas Purwakarta.
Dan, makanan tersebut adalah Steak Maranggi. Pemilihan steak bertujuan agar Purwakarta punya steak khas sendiri yang tak kalah dengan steak dari luar negeri. Sementara penamaan “maranggi” mengacu pada ciri khas rasa sate Maranggi itu sendiri.
Kedua, saya berkesempatan berkunjung ke salah satu museum. Tapi, kujungan museum ini tidak ada hubungannya sih dengan event utamanya, yakni #MaranggiSteakFest.
Saya akan lewatkan cerita tentang kunjungan saya ke museum bernama Bale Panyawangan tersebyt. Nanti saya akan bercerita tentang museum yang saya datangi tersebut di lain kesempatan.
Ketiga, event utama yang tersaji, yakni event #MaranggiSteakFest yang berlangsung pada malam harinya.
Event inilah cerita utama saya di Purwakarta. Event ini juga yang membuat saya sedikit kagum dengan Purwakarta. Betapa tidak, event bertajuk festival ini dikemas dengan kemasan acara yang luar biasa.
Terlihat dari pembukaan festival yang diawali dengan tarian yang cukup menarik.

Dilanjut dengan sambutan dan gunting pita sebagai dibukannya ajang Festival Steak Maranggi ini.

Konsep utama festival ini sendiri adalah lomba menyajikan steak maranggi yang diikuti oleh para pelajar yang menjadi perwaklian dari sekolahnya masing-masing. Tentu saja sekolah yang ada di Kabupatan Purwakarta.
Pada event ini, mereka para pelajar tersebut harus bisa membuat steak maranggi terenak. Dan para peserta juga harus membuat steak langsung di tempat.
Ini contoh steak dari salah satu peserta.

Oh yah, penentuan pemenang pada gelaran ajang ini ditentukan oleh dewan juri. Dan, juri yang berkesempatan menilai adalah si cantik Chef Aiko.
Chef aiko ternyata yg jadi juri di #SteakMaranggiFest ini, dia yg gunting pita dan mencicipi masakan tiap peserta pic.twitter.com/b15PybpvmK
— IG: HilmanGraha (@hilmangraha) December 5, 2015
//platform.twitter.com/widgets.js
Sayangnya, saya tidak berkesempatan melihat siapa pemenangnya. Hujan pada malam ini membuat saya harus berteduh dan sedikit menjauh dari kerumunan masa yang datang pada tiap-tiap tenda untuk sekadar mencoba steak maranggi buatan peserta.
Uniknya, meskipun hujan, ada beberapa orang yang tetap antusias dan mengikuti gelaran event ini. Tentu ini menandakan bahwa Festival Steak Maranggi ini menarik perhatian masyarakat Purwakarta pada khsuusnya dan juga masyarakat di luar Purwakarta pada umumnya. Beberapa media yang meliput acara ini menandakan bahwa acara ini juga mengundang perhatian ke banyak orang.

Itulah sekelimut cerita saya tentang #MaranggiSteakFest atau Festival Steak Maranggi yang digelar di Purwakarta. Sebuah cerita yang cukup menarik dan bisa melihat Purwakat lebih dekat dan berbeda.
Tahun depan semoga Kloter Bandung bisa meramaikan khasanan per-steak-an lagi di purwakarta haha amin
yah, harusnya bandung juga punya yah, pizza khas bandung misalnya
Sate Maranggi memang identik dengan Purwakarta, pernah coba lewat go food dari Sadang Serang,enak banget, tapi satenya kecil2. Belum pernah sih makan di warung nya.