Kehadiran Facebook adalah gegap gempita media sosial yang sebenarnya. Friendster memang hadir lebih dulu tapi gaung dan pengaruhnya kalah jauh dengan Facebook. Didirikan tahun 2004, Facebook mulai populer di Indonesia mulai tahun 2009. Sejak saat itu, banyak orang berbondong-bondong punya akun Facebook.

Betapa tidak, Facebook kala itu adalah tempatyang tepat berbagi pikiran dan perasaan, menjaring pertemanan, berkumpul, bahkan menjadi awal langkah pertumbuhan jualan di dunia maya.

TIdak hanya itu, kehadiran Facebook membawa banyak kenangan. Orang-orang di masa lalu bisa bertemu kembali di Facebook. Hal itu tak lepas dari algoritma jaringan pertemanan Facebook. Maka pertemuan itupun melahirkan sebuah grup Facebook alumni sekolah, alumni kuliah, dan sebagainya.

Facebook Groups tidak hanya untuk grup alumni sekolah. Banyak juga grup terbentuk karena kesukaan dan hobi yang sama. Misalnya grup yang anggotanya suka membaca dan menulis, suka drama Korea, fans dari musisi atau selebritas tertentu, sampai grup berbau mesum yang belakangan “dicyduk” oleh pihak yang berwajib.

Salah satu grup yang cukup saya ikuti perkembangannya adalah grup narablog. Bergabung dengan grup narablog membuat saya bisa berkenal dengan orang banyak dan tentu saja ketemu dengan narablog lain. Dari mulai grup sebatas kumpulan narablog di Bandung, kemudian kenal dengan narablog luar kota, sampai kenal dengan banyak narablog (yang rerata banyaknya perempuan) di lingkaran Facebook saya.

Perkenalan saya dengan teman-teman narablog lain itu tak lepas dari keaktifan mereka di grup-grup narablog untuk berbagi tautan akan tulisan mereka. Grup-grup narablog yang saya ikuti memang sering jadi tempat untuk semua anggota berbagi alamat blog atau tulisan mereka.

Tidak sedikit pula grup-grup itu yang kemudian berbagai tips mengenai blog dan sejenisnya.

Sayangnya, sejak populernya WhatsApp, grup di Facebook mulai ditinggalkan. Jumlah anggota grup yang makin banyak atau mungkin karena kesibukan tertentu, mulai tampak lebih sepi. Dan yang ramai di grup hanya sesekali.

Hal ini juga dilandasi dengan banyaknya orang yang tadinya dalam satu lingkaran grup Facebook mulai membuat “lingkaran” yang lebih eksklusif dalam grup WhatsApp. Maka tak heran, grup Facebook menjadi lebih sepi. Obrolan dan dialog menarik yang lebih fleksibel di Facebook kini berpindah di grup WhatsApp.
Saya tak menyalahkan hal ini karena saya juga tergabung di grup WhatsApp sebuah komunitas narablog. Yang disayangkan oleh saya adalah bahwa aktivitas di WhatsApp dan di grup yang sama di Facebook tidak seimbang.

Orang lebih suka berbagi tips di grup WhatsApp dibanding di grup Facebook. Berbagi informasi terkait lowongan pekerjaan, peluang, ataupun informasi lebih banyak di grup WhatsApp. Grup Facebook juga sebenarnya masih banyak tapi lingkaran pertemanannya lebih luas.

Lalu, apa inti yang ingin saya sampaikan? Tidak ada sebenarnya. Saya menerima perubahan karena perubahan tak bisa dihindarkan. Hanya saja saya amati, grup Facebook (terutama lingkaran narablog) hanya jadi tempat berbagi tautan saja. Sementara aktivitas diskusi lebih banyak di WhatsApp Groups. Lagipula, grup narablog juga meskipun nama komuntiasnya beda, orangnya juga kurang lebih itu-itu juga sih.

Saya pikir grup Facebook sebagai induk kelahiran grup-grup WhatsApp perlu tetap aktif dalam rangkaian diskusi terutama sebagai sarana bagi yang baru belajar terhadap hal-hal baru dan tidak hanya jadi tempat orang berbagi tautan saja. Bagaimana caranya? Jelas keaktifkan diskusi kita yang tidak melulu ada di aplikasi chat berlogo telepon dan berwarna hijau (yah meskipun sama-sama satu perusahaan sih) hehehe

Bagaimana menurut teman-teman tentang grup Facebook? Tulis di komentar yah pendapatnya.